Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. (Ehem) 😌 ada yang tau definisi cinta? Yuk, simak definisi cinta menurut Manda.
Sampai di rumah, ibu bilang bahwa besok kita akan ke pergi ke rumah saudara. Dalam hati aku bertanya, rumah siapa gerangan?
Aku tengah mematut diri di depan cermin. Masih terngiang di pikiranku perihal rumah saudara yang akan ibu, aku, dan adik bungsuku sambangi. Hingga menjelang keberangkatan, ibu masih saja merahasiakannya. Entah apa yang mendorongnya untuk merahasiakan hal-hal seperti ini. Apa ibu sengaja menggodaku? Bodohnya, aku termakan bujuk tipuan rahasianya. Aku melupakan hal itu, lantas bergegas menemui ibu.
Di dapur, ibu sedang menyusun beberapa stoples nastar keju. Pikiranku melesat cepat, sepertinya saat silaturahmi keluarga besar ibu mendapatkan pesanan dari salah satu saudara. Siapa kiranya ya? Setelah tersusun rapi, aku membantu ibu membawanya ke motor. Beberapa di bagasi motor, yang lainnya di gantung di gantungan depan. Siap. Kami berangkat kala matahari mulai memanggang bumi.
Perjalanan membutuhkan waktu cukup lama. Tanganku sampai kesemutan dibuatnya. Rumahnya tampak asing bagiku. Maklum, saudara jauh. Aku berpapasan dengan wanita seusia ibu. Kali ini ibu itu tampak tak asing, aku beberapa kali melihatnya di antara puluhan anggota keluarga kala itu.
“Anakmu udah gadis toh.” Ucapnya menyinggungku saat bersenda gurau dengan ibu.
“Ya begitulah. Oh iya, Manda, bawa adek kamu ke ruang tengah sana, anaknya budeh jauhmu ini punya anak kecil juga, sana ajak main. Gapapa 'kan, mba?” ibu menyuruhku sambil menyerahkan Zaki.
“Boleh kok, kebetulan dia juga lagi main sama masnya.”
Aku mengangguk paham, lalu masuk ke dalam. Aku membeku kala melihat sosok yang kukenal baru-baru ini. Kehebatannya mengalahkan kebolehanku. Serta, perangainya yang arif serupa betul dengan namanya. Kak Arif. Dia tengah bercanda riang dengan adiknya.
Sapaan hangat darinya mencairkan keterkejutanku. Aku balas menyapa, lantas mendekat.
“Kuenya masih di sana ya?” pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya tak pernah kuduga.
“Eh? Iya. Kamu udah tau aku mau ke sini?” aku bertanya balik.
“Enggak sih. Yang aku tau mama kamu mau ke sini bawa kue, begitu kata ibuku.”
Aku hanya ber-oh-ria. Kami mulai mengobrol soal perkuliahannya dan sekolahku. Zaki sudah asyik bermain dengan Isna — adik Arif, sedari tadi. Sesekali aku menanyakan soal masuk ke perguruan tinggi. Apalagi, kebetulan dia kuliah di kampus impianku.
Sesekali aku juga menanyakan tentang kehidupan di kampus. BEM, LDK, UKM, dll.
Dering telepon dari handphone-nya menciptakan jeda obrolan di antara kami. Dia menjauh sedikit dariku, sebegitu rahasiakah pembicaraannya? Sayup-sayup, aku mendengar perbincangan kak Arif dengan perempuan di ujung telepon.
“Nanti malam jadi nonton 'kan?”
“Jadi kok. 'Kan aku gak bilang gak jadi.”
“Ya udah. Nanti, pas buka jangan lupa makan kurma yang aku beli ya, hunny.”
“Iya bunny-kuu..”
“Siapa kak?” aku bertanya basa-basi.
“Eh? Pengen tau aja atau pengen tau banget?” ledeknya.
“Ya ampun kak, gitu amat.”
“Hehe. Tapi jangan kasih tau ibu aku ya? Jadi.. sebenarnya.. yang tadi itu pacar aku.” Kak Arif menjawab dengan lantang.
Tak kusangka. Benar saja dugaanku. Mendengar percakapannya tadi sebenarnya aku sudah bisa menyimpulkan, tapi aku masih mengelak dengan kenyataan itu. Aku pikir dia memang benar-benar seseorang yang arif, sampai pacaran tidak pernah ada dalam kamus kehidupannya. Rupanya sama saja dengan kebanyakan orang yang aku kenal.
Aku terus bertanya soal gadis itu. Bagaimana dia bisa memikat kak Arif, awal bertemu, hingga hal-hal konyol lainnya. Tak pernah aku sepenasaran ini perihal kekasih orang. Aku tersenyum melihat dia bahagia menceritakan orang terkasih dan segala kisah cintanya. Tapi entah apa yang mengganjal di hati. Keterbalikan dari senyum di bibir. Kalbu dan tepi mulut terasa tak beriringan.
Sudahlah. Perasaan yang baru menyiram benih ini harus dijaga dengan cara yang patut atau dihancurkan sampai benihnya pecah. Tapi siapa aku yang tega membunuh bibit kecil tak berdaya? Walau pun aku sendiri tak tahu benar apa ini definisi cinta? Akan kujaga biji yang siap bertunas ini. Entah wujud pohon apa yang akan tumbuh. Apakah menyenangkan hati layaknya sakura? Atau hanya menusuk-nusuk hati bak kaktus?
Aku pamit pulang saat ibu mengisyaratkan untuk pulang. Kami berniat untuk bertemu lagi. Aku merencanakan agenda belajar SBMPTN, karena yang kutahu hal seperti itu harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Siapa pula yang tahan jauh dari orang seperti dia?
Setidaknya aku akan belajar di rumahnya. Bukan berduaan entah di mana. Sebenarnya aku tak tahu ini dosa atau tidak, tapi hasrat ini begitu menggebu-gebu, seperti minta dituntaskan. Aku hanya bisa berdoa minta perlindungan-Nya.
Sampai di rumah. Ayah mengingatkan perihal agenda nanti malam. Aku hampir terlupa. Perasaan bahagia meletup-letup dari dalam jiwaku. Setidaknya aku bisa merasakan hal mirip yang sejak kemarin ayah tak izinkan.
Bersambung...
Ada yang punya definisi cinta sama seperti Manda? Hmm. Jawab masing-masing ya 😅 Sekian. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar