Cari Karya

Jumat, 27 Maret 2020

IIBF 2019

Aku seperti burung yang baru saja dilepas dari sangkarnya. Tidak pernah menelusuri Jakarta sebelum lulus SMA, dan sekarang diberi kesempatan untuk menghadiri pameran buku terbesar se-Indonesia. Dan ternyata, 08 September 2019 menjadi hari pertamaku dalam menjelajah pameran buku yang lain di kemudian hari.

Jauh sebelum tanggal tersebut, aku merencanakan untuk pergi ke IIBF pada tanggal 07. Tidak lain dan tidak bukan agar aku bisa di rumah pada tanggal 08. Namun, aku benar-benar tumbang sehingga terpaksa menghabiskan waktu tiduran di kosan hampir seharian penuh.

Aku sedikit ketar-ketir. Mengingat beberapa pelanggan mempercayakan pesanan mereka pada jasa titip buku yang memang ditawarkan di media sosialku. Tapi, Alhamdulillah, masih diberi kesehatan pada hari terakhir IIBF 2019.

Hari-H, jujur aku tidak yakin benar cara bisa sampai ke sana. Moda transportasi yang dipilih yakni Transjakarta, karena merasa bahwa ia akan membawaku ke setiap jengkal Jakarta. Jiwa penjelajah ini sudah mencari-cari jalan seminggu yang lalu. Semuanya berhenti di halte JCC Senayan. Tapi penjelajah yang hebat katanya selalu bisa tersesat. Dan saat itu aku sempat beberapa kali salah naik bus atau melewati halte untuk transit.

Aku yang berangkat cukup pagi, baru sampai di lokasi sekitar jam 9. Di luar gedung, terdapat semacam spanduk yang digantung indah di langit-langit lobby. Aksen kuning dimana-mana. Beragam orang dari yang penggila buku sampai sekadar menghabiskan waktu bersama teman-temannya berkumpul jadi satu di JCC Senayan yang mulai penuh sesak oleh pengunjung.

Spanduk yang digantung di lobby

Saat masuk, senyum terkembang selalu kutunjukkan pada setiap inci buku-buku. Mereka seakan berkata: "Hai, Firda! Senang bisa melihatmu di sini. Ayo, beli aku!!". Tidak berhenti sampai di situ, aku juga mencoba peruntungan di beberapa stand yang menawarkan hadiah. Walau pun akhirnya gagal. Baiknya, ada stand yang memberikan pembatas buku cuma-cuma.

Jika tadi aku bilang ada yang menitipkan buku padaku, maka maksudnya adalah mereka akan membayar jasaku karena sudah mau jauh-jauh mencarikan buku incaran mereka. Dan aku memilih zona kalap karena menjadi area favorit saking murahnya. Oh iya, zona kalap ini isinya macam-macam, ada novel, komik, buku-buku berseri, buku terjemahan juga ada, dan banyak jenis buku lainnya. Harganya juga di bawah 50 ribu rata-rata. Dijamin kantong aman. Di zona ini, aku menghabiskan waktu satu jam lebih untuk memburu buku-buku pesanan.

Tampak depan Zona Kalap

Setelah mendapatkan buku yang sesuai, aku mampir ke stand yang tampak menjual beragam ukuran Al-Qur'an. Di stand tersebut, disisihkan uangku untuk membeli Al-Qur'an terjemah yang masih sedikit di rumah. Ukuran sedang dengan warna yang dominan biru — warna favorit. Indah.

Setelah selesai dengan semua hajat, aku mulai mengabadikan momen keramaian pengunjung dan kebahagiaanku di photo booth. Oh iya, diri ini ke IIBF sendiri. Mungkin terbilang nekad, apalagi untukku yang belum kenal daerah Jakarta. Tapi jiwa penjelajah jalanan lagi-lagi kalah dengan jiwa anak rumahan.

Fotoku di photo booth

Pada akhirnya, euforia kesenangan masih terbawa sampai ke kosan. Aku hampir tidak percaya dengan petualangan hari ini. Teramat berkesan. Apalagi, untukku yang sejak dulu terkurung dalam sangkar yang disebut rumah. Kebebasan mencicipi jendela dunia adalah definisi untuk menggambarkan kisah hari itu.

#WriteFromHome #Day4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar