Cari Karya

Selasa, 05 Juni 2018

Ramadhan Bersama Manda #20

Family Time


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ada merasa waktu berkualitas dengan keluarganya kurang? Yuk simak, tips dari Manda insyaallah bisa membantu loh.


“Kak, besok jadi beli baju buat lebaran 'kan?” Layla bertanya saat kami di perjalanan pulang, aku hampir lupa tentang rencana itu.
“Oh itu, jadiin aja sih, tapi mama belum ngasih uang. Ma, gimana?” 
“Hmm. Ya udah deh. Tapi kita semua berangkat bareng ya. Biar dapet baju berkualitas dengan harga terjangkau. Ok?” aku balas mengangguk.

Kami semua langsung ke kamar masing-masing saat sampai rumah. Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Perjalanan pulang yang sangat melelahkan karena macet di berbagai jalan. Aku memikirkan model baju apa yang akan kubeli besok. Aku baru teringat, jangan sampai momen belanja keperluan lebaran membuatku lupa Yang Maha Pengasih. Jelas, aku tak boleh sama dengan orang-orang kebanyakan, yang luput dengan persiapan lebaran. Padahal, lailatul qadar menyambut di depan mata.

Kami berangkat usai shalat Dhuha. Beruntungnya, ayah hari ini diberi izin cuti karena loyalitasnya. Kami tidak perlu memesan ojek online dan agenda keluarga lebih terasa lengkap. Aku juga membawa teman sejatiku saat bepergian — Al-Qur’an mungilku. Saat sampai, kami nonton film bareng di bioskop. Lepas itu, kami shalat berjama’ah di mushola mal. Lantas mulai berbelanja.

Kami masuk ke salah satu pusat perbelanjaan pakaian ternama.  Aku langsung pergi ke bagian busana muslim perempuan remaja. Sebelumnya, kami sepakat berkumpul di titik berpisah satu jam kemudian. Layla yang takut tersesat memilih membuntutiku. Aku melihat-lihat model baju yang kurasa cocok, memilih warna yang pas, lalu melihat harga dan memperkirakan uang yang ibu punya.

Puas berkeliling, aku mengantarkan Layla ke bagian anak-anak. Tak butuh waktu lama bagi Layla memilih, sejak kemarin dia memang sudah menaksir salah satu item baju dari sebuah brand. Aku dan Layla segera menuju ke titik berpisah saat Layla menemukan baju incarannya.

Ibu langsung melihat baju dan aksesoris lainnya pilihan kami. Menurut ibu cocok, dia mulai mengantre di kasir. Kami menunggu di depan toko sambil melihat-lihat toko di sebelah. Setelah itu, kami shalat ashar di mushola sebelumnya.

“Sekarang kita ke toko yang jual kue-kue lebaran ya.” Ucap ibu saat kami semua selesai shalat.

“Ya ampun, bu. Kita mau pulang jam berapa?” Rizki bertanya dengan bersungut-sungut, mungkin dia sudah lelah.

“Ya biar sekalian, Ki. Atau enggak gini aja, kalo kamu males ikut ibu, kamu ke timezone atau sejenisnya. Manda juga, kalo bosen sana ke toko buku. Gimana?” Ibu memang yang terbaik, selalu tahu apa keinginan anaknya.

“Nih, uangnya. Beli secukupnya, pakai seperlunya. Nanti langsung ke tempat makan biasa kalo kita ke mal ini, kita bakal buka di sana.” Ibu menegaskan sambil menyerahkan selembar uang 100.000 kepada masing-masing dari kami.

Aku langsung ke toko buku. Rizki dan Layla ke timezone. Ayah sepertinya memilih ke toko barang elektronik, upaya menghindar dari puluhan pertanyaan ibu saat memilih-milih kue. Ibu bersama kedua adik kecilku melesat ke toko kue. Urusan belanja, memang ibu yang paling kuat.

Aku tenggelam dalam jutaan buku. Aroma buku baru menyeruak memenuhi penciumanku. Segera kucari rak novel yang ternyata sudah dipindahkan saat kuingat-ingat tempatnya tak jauh dari posisiku berdiri saat ini. Deretan buku yang masuk dalam daftar wishlist-ku terlihat di depan mata. Aku hanya bisa membeli satu novel, 2-3 jika ada diskon.

Aku mulai menyaring novel yang  akan kubeli, dan siap menjatuhkan pilihan. Pilihanku jatuh pada novel keluaran terbaru dari penulis favoritku — Asma Nadia. Benar saja, harga asli tanpa diskon, sepertinya hari ini bukan hari keberuntunganku. Aku mengambil novel yang masih terbungkus plastik itu.

Sekilas, kuperhatikan buku-buku lain. Sejenak aku mengimpikan, suatu hari nanti novelku akan masuk di deretan novel-novel hebat ini. Membayangkannya menjadi suatu kebahagiaan tersendiri.

Kulangkahkan kakiku menuju kasir, membayarnya, lantas ke restoran langganan kami. Sudah ada ayah di salah satu meja, aku menghampirinya.

“Cepet banget, pa. Kirain aku yang pertama nyampe.” Ujarku saat duduk di salah satu kursi.

“Laptop inceran papa harganya lumayan mahal, jadi ya papa langsung ke sini aja.” Tutur ayah.

“Oh iya, papa ngecek harga laptop yang spesifikasinya pernah aku jelasin waktu itu gak?” aku teringat, menilik laptopku yang performanya mulai berkurang.

“Oh itu, papa bawa uang yang cukup sih buat laptop inceran kamu, tapi kita tunggu ‘bendahara negara’ dulu, khawatir gak diizinin sama beliau.” Ayah bergurau, menyebut ibu dengan panggilan bendahara negara.

Sambil menunggu yang lainnya datang, aku mengeluarkan Al-Qur’anku dari sling bag. Sayup-sayup mulai bertilawah. Ayah hanya mendengar, memperhatikan. Menjelang Maghrib, yang lainnya sudah datang dan ikut bergabung di meja makan. Kami mulai memesan menu favorit masing-masing.

Adzan dari handphone menyegerakan kami untuk berbuka. Aku membahas perihal laptop pada ibu, dia bilang “nanti dulu, masih lebaran kayak gini, adek-adek kamu juga mau masuk sekolah, insyaallah Agustus ya.” Ibu menjelaskan, aku hanya mengangguk mengikuti perintahnya.

Seharian kami bersama. Seingatku, terakhir aku dan keluarga memiliki family time seharian penuh adalah saat hari libur nasional, hampir tiga bulan yang lalu. Aku tersenyum bahagia, kadang tidak semua keluarga melakukan hal serupa.

Di perjalanan pulang, aku kembali membuka Al-Qur’an mungilku, melanjutkan tilawah. Membuka Al-Qur’an, membuatku teringat bahwa besok bisa jadi merupakan malam lailatul qadar. Tak sabarnya aku menyambut malam kemuliaan itu. Apa aku akan mendapatkan naungan kemuliaannya itu? Ingin sekali aku diberi pertanda apabila memperolehnya.

Bersambung...


Wah. Besok bisa jadi merupakan malam lailatul qadar, ada yang udah nyiapin agenda buat besok? Siapin ya. Biar ramadhan tahun ini gak cuman nahan lapar sama haus doang. Sekian dulu ya. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Nb: Posting malem, karena adanya kuota internet malem 🙈

Tidak ada komentar:

Posting Komentar