Cari Karya

Jumat, 18 Mei 2018

Ramadhan Bersama Manda #2

Memaknai Kebersamaan


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hai hai 👋

Oh iya, di edisi Ramadhan ini aku berniat buat cerbung, judulnya "Manda di Ramadhan". Ikutin terus ya.. Btw, buat yang belum baca ceritaku sebelumnya, baca dulu ya, biar nyambung. Lanjut yuk cerita yang kepotong kemarin.


“Siapa ma?”
“Om kamu, katanya nanti dia mau kesini.”
“Kapan?” 
“Ini udah jalan, kemungkinan kita buka bareng om kamu”
“Asik.”

Gema azan Maghrib bersahut-sahutan dari berbagai penjuru. Semburat jingga mulai lenyap di ufuk barat. Nyiur semilir angin datang bersama kehadiran salah satu bagian dari keluarga besar Manda. Hawa itu seperti memang datang dari kota sana. Manda segera membatalkan puasanya dan langsung mengajak semuanya masuk. Mempersilakan duduk dan memberikan masing-masing segelas air.

Beberapa piring kurma mulai keluar dari dapur, dibawa oleh ibu dan adik Manda yang kedua. Manda melesat ke kamar adik pertamanya dan mengajak keluar, ikut bercengkerama. Ayah sudah asyik berbincang dengan Om Surya. Ibu pun serupa, mulai membicarakan masakan yang dibawa Tante Dina.

Hanyut dengan kebersamaan yang jarang didapatkan akhir-akhir ini karena kesibukan masing-masing. Manda memilih bermain dengan adik sepupunya. Rifky mulai menggelayut manja minta digendong. Ia dengan senang hati menerimanya. Adik bungsunya menunjukkan raut muka cemburu, minta digendong juga. Manda hanya tersenyum bingung.

Kurma menjadi teman bincang-bincang yang baik sejauh ini. Larut dalam euforia, ayah teringat harus mulai shalat. Shalat Maghrib berjamaah yang biasanya hanya berlima, kini bertambah dengan adanya Om Surya dan Tante Dina. Kedua adik kecil Manda pun kini bermain dengan sepupu mereka.

Usai shalat, anggota keluarga perempuan mulai sibuk di dapur, menyiapkan makan malam yang tadi sore dimasak. Sayur lodeh bawaan Tante Dina menambah menu makanan. Siap, nasi sebakul, sayur lodeh, dan ayam goreng berbalur tepung buatan Manda, ditambah sambal terasi buatan ayah.

Suasana hangat menyantap masakan di meja makan yang benar-benar Manda rindukan. Aku mulai membuka topik di tengah dentingan sendok.

“Ma.. tanggal 1 sama tanggal 3 aku ada bukber, boleh ikut gak?”

“Harus banget ikut ya?” mama balik bertanya.

“Ya, 'kan aku diundang ma. Bukannya sebaiknya kita memenuhi undangan?” Manda balik bertanya tak mengerti maksud pertanyaan mamanya. Selama ini mama setiap menerima undangan pernikahan anak temannya selalu dipenuhi, kecuali jika sakit. Sekarang?

“Gini loh nak, mungkin maksud mamamu begini. Kebanyakan acara bukber itu memang bertujuan untuk meningkatkan ukhuwah, silaturahmi, yang mungkin sudah lama tak tersambung. Tapi terkadang, mereka malah lupa esensi penting dari bukber itu sendiri. Mulai dari cari tempat makan sana-sini yang bikin lalai beribadah, atau kalo acaranya di rumah sibuk masak  segala macam makanan, eh setelah acara mubazir banyak banget, pas hari-h malah sibuk update socmed bukannya memperat tali silaturahmi dengan cara mengobrol, belum lagi kalo sampe bablas gak sholat Maghrib. Gatau deh udah berapa banyak dosa yang dibuat.” Ayah menjelaskan.

Manda mulai tak berselera melanjutkan makannya. Ia merasa dipermalukan di depan om dan tantenya. Om Surya yang melihat garis wajah keponakannya yang turun cepat tanggap bereaksi.

“Atau enggak gini aja man.. coba kamu tanya ke panitia ada agenda buat shalat gak? Kalo gak ada baiknya adain itu, terus kasih saran ke panitia pas hari-h semua hp harus dikumpulin, terus pesen atau buat makanan jangan sampe mubazir, kalo tempatnya belum ditentuin ingetin panitianya buat jangan sampe lupa sama agenda-agenda ramadhan karena sibuk survei tempat sana-sini.” Lagi.. kini Om Surya yang bicara panjang-lebar.

“Sebenarnya ucapan mereka ada benarnya juga.” Pikir Manda dalam hati.

 Manda mengangguk lemah. Lantas pamit lebih dulu dari meja makan, menuju ke kamar. Ia mengikuti semua saran om-nya. Bertanya ke panitia. Benar saja, apa yang ayah sampaikan dan dugaan ibu hampir semuanya benar.

Sebuah notifikasi muncul di layar handphone-nya. Lekas-lekas, ia melihat pemberitahuan pesantren kilat lusa depan. Ya, pesantren kilat menjadi satu di antara agenda ramadhan lainnya di Indonesia. Manda melihat kalender sekilas, lantas menutup handphone-nya. Ia jadi teringat momen pesantren kilat favoritnya.

“Kangen..”

Bersambung...


Cukup sekian ya ceritanya, pantengin terus cerbung edisi Ramadhan "Manda di Ramadhan". Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar