Cari Karya

Rabu, 30 Mei 2018

Ramadhan Bersama Manda #14

Ta'jil On The Road


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hai hai, penasaran gak hari ini bercerita tentang apa? Seperti yang sama-sama kita tahu, ta'jil on the road merupakan salah satu agenda di bulan ramadhan, yaitu kegiatan membagi-bagikan ta'jil di pinggir jalan kepada orang-orang yang berpuasa yang sedang dalam perjalanan. Langsung baca aja ya.. ngapain sih Manda kali ini?


Sampai di rumah, aku menyerahkan rok lavender milik ibu. Ibu sedang menulis sesuatu.

“Ma, nulis apa?” Manda bertanya penasaran.

 “Eh, Manda. Ini, mama lagi buat list bahan-bahan yang mau mama beli buat bagi-bagi ta'jil.” Ibu menjelaskan.

“Oalah. Oh iya ma, itu acaranya kapan?”

“Besok.”

“Aku ikut dong, ma.” Aku menjerit antusias.

“Ya, boleh sih. Tapi kenapa? Di sana ibu-ibu doang loh.” Ibu mengingatkan.

“Gapapa. Hehe, aku pernah denger hadits yang bilang kalo kita ngasih bukaan ke orang, kita bakal dapet pahala puasa orang yang puasa itu tanpa ngurangin pahala puasa dia. Bener 'kan, ma?” aku bertanya memastikan.

“Oh, iya bener.”

“Sama ini ma, aku nitip bahan-bahan buat bikin ta'jil boleh gak? Aku juga mau buat.”

“Ya udah, mana list-nya?”

“Bentar ya, ma.”

Aku melesat ke kamar. Secepatnya membuka buku resep pribadiku. Got it! Kuambil sehelai kertas dan pulpen di meja belajar, lantas menyalinnya. Kuserahkan kertas itu ke ibu.
Esoknya, sepulang ibu dari pasar modern, aku mengambil bahan-bahan milikku. Bersiap membuatnya di dapur.

“Man, kamu mau buat sekarang?” ibu bertanya heran.

“Iya, ma. Kenapa?”

“Gapapa, cuman ini 'kan masih pagi. Panganan yang mau kamu buat apa sih? Kok pake susu bubuk segala?”

“Hehe. Es kepal, ma.”

“Dasar. Ya udah sana buat, nyusun di kulkasnya hati-hati ya, agak penuh soalnya.”

“Iya ma. Oh iya, aku boleh pinjem tas yang buat es itu gak?”

“Ya udah pake aja, ada di lemari dapur, cari aja.”

Aku melenggang ke dapur dengan membawa barang belanjaan. Kuserut keseluruhan es di mangkuk besar. Setelah itu, aku meletakkan es yang sudah diserut ke masing-masing wadah. Tak lupa, kusiram dengan susu kental dan taburan aneka topping. Siap. Aku langsung memasukkan es kepal ke dalam kulkas satu per satu.

Ba'da ashar, aku bersiap berangkat ke masjid dekat rumah. Blus ungu muda polos dengan rok pink motif kupu-kupu ungu dilengkapi khimar pink beraksen ungu. Aku memasukkan es kepal ke dalam tas khusus es. Kubayangkan wajah penerima es kepal buatanku, rona bahagia tersirat dari wajah mereka.

Ibu baru keluar dari kamarnya, lantas mengambil dua plastik besar berisi belasan gelas es buah. Sambil meniti jalan, kami membawa ta'jil masing-masing. Sebenarnya, masjid hanya berjarak tiga gang dari rumah kami, tapi bak pulau di ujung laut, lama betul kami sampai di lokasi tujuan.

Setibanya kami di masjid, beberapa ibu-ibu mulai menyusun ta'jil bawaan mereka di sebuah meja yang panjang nan lebar. Aku memilih menempatkan es kepalku di pinggir, sepertinya lebih nyaman. Setelah kehadiranku dan ibu, beberapa ibu-ibu lain masih ada yang datang. Alhasil, satu meja tidak cukup. Beramai-ramai kami membawa sebuah meja sejenis dari belakang masjid menuju beranda masjid.

Satu dua orang mulai datang mengambil ta'jil. Aku memberikan semangkuk es kepal dengan meniru senyuman ala petugas minimarket. Ibuku hanya tertawa cekikikan di sampingku. Menjelang berbuka, makin ramai orang datang. Tepian masjid mulai dipenuhi oleh orang-orang yang akan membatalkan puasa mereka.

Adzan Maghrib berkumandang sangat jelas, kami berbuka serentak. Sembari menunggu antrean wudhu, aku mengecek handphone-ku. Wajahku mendadak pucat pasi, ibu sampai khawatir. Aku melihat kembali pengumuman itu, entah bagaimana caraku mengatasinya.

Bersambung...


Sekian. Para pembaca, besok jangan lupa baca ceritaku selanjutnya ya, khususnya para remaja. Cocok bgt. 👋 Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar