Cari Karya

Sabtu, 26 Mei 2018

Ramadhan Bersama Manda #10 (Special Edition)

Note to My Self


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ramadhan Bersama Manda special edition ada lagi nih. Simak ya..

Note: Manda diganti menjadi kata ganti Aku.

Ramadhan menjadi titik balik banyak orang menjadi pribadi yang lebih baik. Begitu juga aku, saat ini aku merasa banyak perubahan hanya dalam kurun waktu sepuluh hari. Memang, sebelumnya aku dipandang orang memiliki akhlaq mulia. Tapi, apa benar aku semulia itu? Bukankah Rasulullah saja pernah berbuat kesalahan yang membuat Allah murka? Apalah diriku yang hanya umatnya?

Hari ini hari Minggu. Aku sibuk mengurung diri di kamar, merenung. Sejatinya setiap masa harus menjadi bahan introspeksi, setiap manusia pasti pernah lalai dalam suatu hal. Sangatlah berbohong jika aku tidak memiliki cacat perilaku. Hina sekali aku jika merasa tidak punya kesalahan. Sombongnya diriku yang merasa sudah sempurna.

Pergolakan batin menguasai diriku. Aku selalu mengurung diri di kamar di hari Minggu akhir-akhir ini, merasa bahwa ini pilihan baik. Pagi ini, mungkin teman-teman sedang jogging bersama, memanfaatkan momen car free day.

“Itu dia.” Bisikku dalam hati.

Akhir-akhir ini aku terlalu selektif memilih teman bergaul. Mungkin, karena aku terlalu memegang teguh sebuah hadits, tanpa benar-benar mengerti batasan-batasannya.

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

Sejak aku mengenal hadits itu, sedikit banyak membuatku jauh dengan kawan lama yang menurutku buruk. Buruk nian perangaiku, dengan mudahnya menilai orang, meski diri sendiri belum tentu baik.

Teringat pula aku mengenai hadits memutuskan tali silaturahmi.

“Tidaklah masuk surga orang yang suka memutus, ( memutus tali silaturahmi)”. 

Egoisnya diriku. Saat ini aku sedang mempertebal iman, tanpa tahu bagaimana iman teman-temanku. Sudah teramat lama aku menghubungi teman-temannya.

Baiklah, aku harus segera berubah, mencoba menarik teman-teman di jurang kegelapan menuju daratan dengan sinar cahaya nan terang benderang.

Note to my self: mempertebal iman dibarengi menghijrahkan teman-teman.


Nb: Buat yang gak tau note to my self apa. Jadi, note to my self itu intinya nasihat untuk diri sendiri, semacam catatan introspeksi diri, yang ke depannya semoga bisa menjadi doa untuk hari-hari berikutnya.

Itu dulu ya, maaf pendek 😂 buat yang suka lupa kali dinasehatin orang, bisa nih pake metode note to my self. Selamat mempraktekkan!!! Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar