Cari Karya

Kamis, 24 Mei 2018

Ramadhan Bersama Manda #8

Doa Berbuka Puasa


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hai semua.. jangan bosan-bosan ya baca di blog ini 😂 Ok, lanjut aja ya..


Selesai. Manda masih jenuh belajar, ia memilih membaca artikel sebentar, akhir-akhir ini dia merasa jarang membaca berita. Sampai sebuah pembahasan menarik menyita perhatiannya, menunda kegiatan belajar.

“Waktu-Waktu Terkabulnya Doa”, begitu judul artikelnya. Manda membaca sekilas, beberapa poin dilengkapi dengan hadits yang lengkap, tapi ada juga yang hanya berupa opini meyakinkan. Manda terpaut di depan layar, waktu berbuka puasa ternyata juga termasuk waktu terkabulnya doa.

“Tapi, apa benar?” Batinnya.

Manda hanyut dalam keingintahuan, sampai ia lupa dengan ulangannya besok. Dia langsung menutup handphone dan mematikannya. Segera membuka lembaran baru pelajaran.

Waktu terus bergulir. Belum lama Manda menyelesaikan ulangan hari ke-2, kini dia bersiap untuk menghadiri bimbingan belajar. Besok ada ujian matematika IPA, dan dia berpikir ada baiknya jika ia konsul mengenai pelajaran ini.

“Ma, aku mau les, kemungkinan aku bukanya di luar.”

“Ya udah. Jangan lupa shalat Maghrib ya.” Bu Lisa mengingatkan.

Manda membawa motornya membelah jalanan ibukota. Nyiur angin membuat kerudungnya mengepak-ngepak tak tentu arah. Jalanan mulai dipenuhi dengan orang-orang yang mencari takjil. Pinggir jalan pun ramai pedagang menjajakan dagangannya.

Manda sampai di tempat bimbingan belajar. Ia langsung ke ruangan konsultasi untuk belajar. Mentornya sudah menunggu kehadiran Manda.

“Assalamu’alaikum, kak. Maaf agak lama, tadi di jalanan mulai macet, orang-orang ngabuburit.”

“Iya, gapapa. Jadi, apa yang mau kamu tanyain?”

“Ini kak, aku masih gak ngerti yang persamaan dua lingkaran.” Manda menjawab sambil mengeluarkan buku dan alat tulisnya.

Manda belajar dengan serius. Ia mulai memahami sedikit demi sedikit. Latihan soal yang diberikan juga bisa ia kerjakan. Tak butuh waktu lama, Manda sudah menguasai materi yang belum ia paham. Waktu berbuka masih lumayan lama, ia memilih melanjutkan materi lain yang kurang dia kuasai.

Waktu berlalu cepat. Jam tangan di pergelangannya sudah menunjukkan pukul 17:30. Manda memilih mengakhiri pembelajaran, dilanjutkan belajar di rumah. Manda mengeluarkan motornya dari tempat parkir, ia mulai memikirkan tempat makan yang sekiranya sepi tapi makanannya tetap enak. Jam-jam berbuka jelas banyak tempat makan yang dipenuhi pengunjung. Sebuah rumah makan terlintas di pikirannya, Manda langsung tancap gas menuju lokasi.

Benar saja, sesampainya di sana tempat makan itu tidak terlalu ramai. Hanya satu dua orang pengunjung yang duduk tak jauh dari mejanya, dan beberapa orang yang memilih membawa makannya ke rumah.

“Mau pesen apa, mbak?” sapa seorang pelayan.

“Hmm. Buat bukaannya es kelapa, terus makannya nasi rendang aja. Oh iya, minumannya es jeruk.”

“Ok, siap mbak.” Pelayan rumah masakan Padang itu meninggalkan meja Manda, menuju ke dapur.

Di depannya, terdapat sebuah televisi yang menggantung di dinding. Sarana hiburan untuk rumah makan sederhana. Tayangan siraman rohani mulai disajikan.

Es kelapa pesanannya sudah berada di depan mata. Manda mengaduk-aduk malas. Rasanya lama betul suara paling merdu di saat puasa itu terdengar. Rekaman azan dari televisi membuatku bahagia tak terhingga. Suara kemenangan terdengar jelas, memenuhi langit-langit kota. Aku meneguk air putih, dilanjut es kelapa.

Larut dengan dahaga yang baru hilang, daun telinga Manda tiba-tiba menangkap suara-suara ganjil. Sumber suaranya berasal dari layar pipih di dinding — televisi. Doa berbuka puasa. “Allahumma laka shumtu...”

“Ternyata doa yang itu masih ada toh, ya ampun.” Batin Manda.

Manda beranjak pulang saat selesai menikmati menu berbukanya. Ia mampir sebentar ke masjid untuk sholat Maghrib. Embusan angin malam menusuk-nusuk kulitnya. Udara dingin mengurung tubuh mungil Manda.

Suasana hangat menyeruak saat masuk ke rumah. Keluarganya baru saja selesai makan malam. Manda menghampiri ayahnya, menanyakan perihal doa berbuka puasa.

“Pa, sebenarnya doa berbuka puasa sama doa waktu berbuka sama atau beda sih pa? Terus, doa buka puasa yang 'Allahumma laka shumtu...' itu bener gak sih? Kok dulu papa ngelarang aku kalo aku baca doa itu, padahal temen-temen aku baca doa itu dulu.” Manda memaparkan masalahnya.

“Ayo ikut papa.” Lagi, pak Mizwar mengajak Manda ke kamarnya seperti kemarin.

“Nih.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamketika berbuka beliau membaca do’a berikut ini,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)(HR. Abu Daud no. 2357. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.)

Adapun do’a berbuka,

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

“Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)”

[HR. Abu Daud no. 2358, dari Mu’adz bin Zuhroh. Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sebab sanad yang terputus. Syaikh Al Albani pun berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/38) ]

Do’a ini berasal dari hadits hadits dho’if (lemah) dan tidak perlu diamalkan.

Begitu pula do’a berbuka,

اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

“Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka), Mula ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih.

Sehingga cukup do’a shahih yang tadi sebutkan di atas (dzahabazh zhomau …) yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan.

“Makasih, pa.”

Manda menuju ke kamarnya, rebahan sebentar sebelum akhirnya lanjut belajar.

Bersambung...


Sekian 😊 wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar